Wednesday, 05 November 2008
JANGAN mengekor orang lain merupakan prinsip Rusdy Gunawan.Tak heran ketika orang ramai-ramai mengaplikasikan one stop service,dia malah sebaliknya.Fokus!
Prinsip tegas yang dipatri kuat Rusdy pun berbuah manis. Meskipun baru seumur jagung, Toko Buku Leksika yang dipimpinnya mampu meraih simpati para penggila buku,anak-anak sekolah,mahasiswa, dan orangtua.
” Sejak berdiri kurang dari enam bulan,kami sudah mendapatkan lebih dari 5.000 member. Tiap hari, terutama akhir pekan jumlah kunjungan terus menunjukkan pertumbuhan signifikan,” kata Direktur Toko Buku Leksika ini. Sebenarnya apa kunci sukses Rusdy meraih simpati masyarakat dalam waktu singkat?
Pria kelahiran Palembang ini mengatakan, pebisnis haruslah fokus pada satu bidang saja. Jangan merambah semua sektor.Nah,di Leksika, hanya dijual buku-buku dan perlengkapan tulis-menulis.
Sementara para kompetitornya menggarap bukan hanya kedua hal itu, tapi ada yang menjual komputer, furnitur kantor, alat olahraga, toko kaset, dan sebagainya. Ini membuat pengelolanya tidak bisa konsentrasi menggarap bidang utamanya, yakni buku. ”
Coba lihat perusahaan modern yang maju sekarang. Mereka fokus pada bidangnya, sementara yang bukan garapannya diserahkan kepada perusahaan lain,” sebutnya. Sementara pada tingkatan konsumen, mereka akan ke toko yang khusus menjual jenis barang yang dicari. Contohnya, jika mencari kaset, maka dia pergi ke toko kaset yang lengkap.
Menurut dia, kalau Leksika menggunakan konsep yang sama,maka sebagai toko buku baru tidak akan banyak dilirik orang.Alasannya,Rusdy menyebutkan,buat apa datang ke Leksika bila sama saja dengan tempat yang lama. Dengan fokus, maka jumlah buku yang ditampung akan semakin lengkap karena space-nya tidak tersita untuk barang dagangan lainnya.
Desain yang dicetus Rusdy bersama teman-temannya di Leksika memang sangat berbeda dengan toko buku yang lain.Bahkan,dengan toko buku yang sudah sangat mapan. Memang toko buku ini sebagian besar menjual buku dan alat tulis, tapi tidak semua space dipakai untuk berjualan.
Leksika menyediakan fasilitas free Wi-Fi untuk pengunjungnya berinternet ria. Bagi pengunjung yang tidak membawa notebook, juga disediakan empat unit komputer di lantai kuning (lantai 4). Di lantai jingga (lantai 3), tersedia area bermain anakanak. Area tersebut dilengkapi dengan meja dan kursi untuk anak-anak. Dengan demikian, buah hati Anda dapat bermain, membaca buku, atau mewarnai.
Di samping itu,untuk menemani pengunjung bersantai di area toko buku dihadirkan Leksikafe lantai yang sama. Ayah dua putri ini menuturkan, Leksika juga mengusung konsep toko buku go green.Aplikasinya bisa dilihat dengan banyaknya pepohonan di sudut ruangan.Toko buku milik Penerbit Salemba Empat memang serius menggarap isu lingkungan tersebut.” Go green memang belum 100% terlaksana,tapi kami mengarah ke sana.
Misalnya menanam tanaman asli, mengurangi penggunaan tas plastik dengan memberikan tas cantik setiap pembelian seharga Rap250.000,”ujarnya. Di samping itu, toko-tokonya menggunakan banyak kaca. Ini dimaksudkan untuk mengurangi pemakaian energi listrik pada siang hari.” Toko di Lenteng Agung kalau pagi, siang hari sedikit pakai lampu. Untuk di Rawamangun memang tidak terlalu banyak kaca karena kami berada di bangunan mal,”katanya.
Rusdy mengungkapkan, konsep Leksika seperti apa hanya butuh waktu sekitar tiga bulan. Pada April tahun ini bergabung dengan Leksika, Juli toko pertama sudah hadir di tengah-tengah masyarakat. Apalagi yang berbeda dari konsep Rusdy? Perhatikan seragam yang dikenakan pegawainya. Semuanya fungky.
” Manajemen membebaskan karyawan mengenakan celana jeans. Hanya kemejanya yang seragam,” ucap jebolan Magister Management Universitas Udayana ini. Selain itu,dia juga mempersilakan bawahannya mencat rambut, memanjangkan kuku, dan berbagai tren mode lainnya.
Tujuannya cuma satu, yakni bagaimana membuat pengunjung merasa nyaman datang, membaca, dan membeli produk-produk yang disediakan Leksika.Tentunya pemandangan itu belum bisa masyarakat temukan di toko buku lainnya. Satu hal yang menarik dari Leksika adalah sistem komisi yang diberlakukan kepada para pemasok buku dan perlengkapan tulis menulis.
” Kami mempersilakan semua penerbit untuk memasok buku-bukunya ke sini.Tidak ada biaya untuk space, per judul, per buku,atau istilahnya listing fee,” katanya sambil mengajak penerbit lain untuk bergabung. Kelebihan Leksika, mereka juga tidak memakai pihak ketiga, tapi menanganinya langsung. Sementara yang lain, pakai pihak ketiga,istilahnya counter.
Tak heran, ratusan penerbit berlomba-lomba meletakkan buku-bukunya di rak Leksika. Saat buka, ada sekitar 136 pemasok mempercayakan bukunya di sana.Adapun sekarang sudah meningkat menjadi lebih dari 200 penerbit.
Kesuksesan Rusdy memimpin juga bisa dilihat dari keberanian investor mempercayakan dia untuk mengelola satu toko buku lainnya hanya dalam waktu dua bulan sejak Leksika terbangun di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Menanamkan Benih Cinta Buku
SEBELUM menjabat sebagai direktur seperti sekarang, Rusdy Gunawan mengawali kariernya sebagai supervisor di Toko Buku Gramedia pada 1995. Sebelumnya, dia pernah sebentar mencicipi industri farmasi.
Ketertarikan Rusdy bekerja di Gramedia saat itu dikarenakan hobinya yang senang melahap berbagai macam jenis buku. Meskipun sebenarnya hobi itu baru mengental saat dia duduk di bangku kuliah. Meniti karier dari bawah, tekun, dan hobi membaca membuat posisinya terus melonjak.
Pada 2003, perusahaan mempercayakan Rusdy untuk mengelola toko buku di Kuta, Bali, sebagai store manager. Tiga tahun kemudian, dipercaya untuk memajukan toko buku di Denpasar, Bali. ” Setahun kemudian dipanggil ke Jakarta menangani toko buku yang ada di Kelapa Gading,” kenangnya.
Melihat kemampuannya,Rusdy pun digaet penerbit Salemba Empat mengurus toko buku baru bernama Leksika. Tak banyak investor yang mempunyai jiwa idealis. Inilah yang membuat Rusdy berani melepas posisi mapannya sebagai store manager.
”Jarang investor yang mau menanamkan uangnya di bidang yang mencerdaskan bangsa dengan menyebarkan ilmu pengetahuan,menyemaikan minat bangsa,dan peduli terhadap pendidikan. Sekaligus mencari peruntungan baru,”kata Rusdy.
Rusdy menganalisa, kesuksesannya sekarang ditopang oleh hobi dia membaca beragam buku. Karena itu, suami Trisianti ini ingin menanamkan benih kecintaan terhadap buku kepada dua buah hatinya.” Saya ajak mereka ke toko buku setidaknya dua minggu sekali di akhir pekan,satu-dua jam lamanya.Mereka dibebaskan membaca dan membeli buku,”ceritanya.
Menurut dia, menumbuhkan minat baca pada anak sejatinya tidaklah sulit.Tinggal bagaimana orangtua secara bijaksana dapat membiasakan buah hatinya untuk membaca. Rusdy menyarankan kepada para orangtua tidak langsung memaksakan putra-putrinya untuk membaca bukubuku berat.Buku pelajaran contohnya.
” Sebaiknya kita sebagai orangtua membebaskan anak untuk membaca apa saja. Baik itu buku komik, dongeng atau lainnya. Nah, bila dia sudah tertarik dan biasa membaca, maka buku pelajaran yang bisa dikategorikan bacaan berat perlahan pasti akan dilahapnya juga.Pasalnya,mereka sudah terbiasa membaca,” paparnya.
Dia menambahkan, minat baca akan semakin mudah ditumbuhkan jika si anak masih di bawah lima tahun. (m iqbal)
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/184031/36/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar