Selasa, 21 April 2009

Segenggam Mutiara Kehidupan, Kisah Tragedi & Elegi Anak Manusia

Kopi dapat dihidangkan di gelas plastik, beling, tanah liat, atau Kristal. Tetapi bagaimana pun juga, yang terpenting adalah kopinya. Jadi, jangan pernah mempermasalahkan gelasnya.

INILAH CARAKU MENCINTAIMU

Sepasang muda-mudi saling jatuh cinta dan kemudian berpacaran. Kuliah di universitas yang sama membuat sepasang kekasih, Hari dan Anne, semakin dekat.

Foto: Christina Hendrata

Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertunangan. Kebahagiaan sudah terbayang di depan mata karena lima bulan lagi mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Tentang pekerjaan tidak perlu dirisaukan lagi. Setamat kuliah dua bulan yang lalu, Hari langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan ekspor-impor. Jadi tinggal menunggu waktu untuk mempersunting sang kekasih dan mewujudkan impian untuk membangun rumah tangga yang bahagia

Pada suatu sore, Hari dan Anne bertemu di sebuah kafe tempat Hari pertama kali menyatakan cintanya. Mereka duduk berhadap-hadapan. Seperti biasa, Hari selalu tampak gembica dan bersemangat.

“Maafkan aku,” kata Anne membuka pembicaraan.

“Kenapa harus minta maaf? Rasanya engkau tidak melakukan kesalahan apa-apa,” jawab Hari sedikit kaget melihat sikap Anne yang tidak seperti biasanya.

“”Kita tidak dapat melanjutkan hubungan kita,” kata Anne terbata-bata.

“Maksudmu apa An? Kenapa begitu?” Tanya Hari tidak percaya.

“Papa dan mama tidak merestui hubungan kita.”

“Tapi An, kita sudah bertunangan dan waktu itu orang tuamu sama sekali tidak keberatan. Apa alasan mereka memutuskan hubungan kita?” Kali ini Hari sedikit ngotot dan marah.

Anne mulai menangis, tangan kanannya menggenggam tangan Hari kemudian berkata, “Aku tidak bisa membantah keputusan orangtuaku. Mereka telah menjodohkanku dengan seorang pria kaya sahabat Papa. Dua minggu lagi kami akan menikah. Setelah itu, ia akan memboyongku ke Jerman.”

Hari tertunduk diam, hatinya terluka atas keputusan sepihak ini.

Setelah kejadian itu, Hari bekerja keras agar ia bisa mempunyai usaha sendiri. Meskipun ia tidak mungkin memiliki Anne lagi, tetapi ia ingin membuktikan kepada orang tua Anne bahwa ia kini bisa menjadi orang yang sukses. Hari yang sekarang beda dengan Hari yang dulu, dan keputusan mereka menolak dirinya menjadi menantu adalah sesuatu yang salah. Sedih, marah, dan kecewa masih tersimpan di hati Hari atas sikap orang tua Anne, maupun sikap Anne yang tidak mampu mempertahankan cinta suci mereka.
Siang itu, ketika gerimis turun membasahi bumi, mobil Hari melintas di sebuah pemakaman umum. Dari kejauhan ia melihat sepasang suami-istri berjalan berimpitan di bawah naungan payung hitam. Mereka sedang berjalan memasuki gerbang pemakaman. Setelah dekat, Hari mengerutkan dahi.

“Sepertinya aku kenal betul suami-istri itu,” bisiknya dalam hati. “Bukankah mereka orang tua Anne?”

Hari segera menghentikan mobilnya dan mendekati sepasang suami istri yang telah menyakiti hatinya beberapa waktu yang lalu. Merekalah biang kehancuran cintanya. Mereka kelihatan sedih, sang istri masih berlinang air mata, sementara si suami mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan menghapuis air mata istrinya. Dalam kebingungan, Hari memberanikan diri bertanya. “Apa yang sudah terjadi? Siapa yang meninggal?”

Orang tua Anne tidak kuasa menjawab pertanyaan Hari. Mereka hanya menunju ke salah satu nisan seolah mengajak Hari ke sana. Hari terperanjat membaca tulisan di batu nisan itu. Anne Sulaiman.

“Bagaimana mungkin semua ini terjadi. Bukankah Anne sudah menikah dan tinggal di Jerman?” Tanya Hari.

“Nak,” kata ayah Anne dengan suara bergetar. “Sebenarnya Anne tidak pernah menikah dan tidak pernah ke Jerman. Sebulan setelah kalian bertunangan, Anne memeriksakan diri ke dokter karena keluhan-keluhan yang ia rasakan di tubuhnya.

“Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter menemukan bahwa Anne mengidap leukemia. Dari dokter yang merawatnya kami tahu bahwa sedikit sekali harapan untuk ia bisa bertahan hidup lebih lama. Suatu hari nanti penyakit itu akan merenggut nyawanya.

“Ia bergumul begitu berat untuk mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Sungguh, ia tidak tega menyakiti hatimu, Nak. Malam itu ia menangis sepanjang malam karena harus berbohong kepadamu atas penyakitnya. Tetapi ia memutuskan hubungan kalian dengan cara begitu karena ia tidak tega melihatmu menanggung rasa kehilangan jika kelak penyakit itu merampasnya dari sisimu, ketika ia sudah menjadi istrimu. Anne sangat mencintaimu, Nak. Tidak pernah ada laki-laki di hatinya selain dirimu. Berkali-kali ia mengatakan bahwa engkau adalah cinta sejatinya.

Cinta tidak selalu dinyatakan dengan bunga. Pahamilah cara kekasih Anda dalam mencintai Anda, pahami jugalah cara suami/istri Anda dalam menyatakan cintanya.

Sebuah buku yang ditulis secara ringan dan sederhana, namun sangat menarik, bermakna dan penuh inspirasi. Segenggam Mutiara Kehidupan dapat membuat hidup Anda menjadi lebih berarti lagi.
Rusdy Gunawan,SE,MM
Direktur PT Leksika Indonesia



Sumber: Segenggam Mutiara Kehidupan, Kisah Tragedi & Elegi Anak Manusia, Mei Katrin Posuka, Penerbit Libri.

http://rusdygunawan.blogspot.com

2 komentar:

Rafela stories mengatakan...

hmm... baru baca tulisan ini.
memang kadang orang yang kita kasihi tidak dapat melihat cara orang mencintainya.
sekarang saya sedang merasakan hal ini. Cukup sulit menerima perkataan seseorang yang menyayangi anda tetapi bisa jalan dengan perempuan lain...

josuamarcelc mengatakan...

software engineer
jasa seo terpercaya
toko plastik termurah bandung
tas ransel mika transparan